JAKARTA, KOMPAS - Indonesia memastikan diri merebut empat medali emas dan satu perak dalam Olimpiade Fisika Internasional yang berlangsung di Singapura sejak tanggal 8 Juli 2006 lalu.
Meskipun jumlah raihan medali emas Indonesia masih di bawah China,
yang meraih lima emas, namun peringkat juara dunia berada dalam
genggaman tim Indonesia karena salah satu dari empat peraih emas
Indonesia mencatat nilai tertinggi dalam ujian teori dan eksperimen.
Adalah Jonathan Pradana Mailoa (SMA Kristen 1 Penabur Jakarta) yang
meraih nilai tertinggi tersebut. Dalam ujian teori dan eksperimen ia
meraih nilai 29,7 dan 17,10, lebih tinggi daripada nilai saingan
utamanya dari China, Yang Suo Long, yang mencatat 29,6 (untuk teori) dan
16,45 (eksperimen).
”Jonathan tak hanya melampaui nilai tertinggi yang diraih pelajar
China, tetapi juga menang mutlak dalam teori dan eksperimen. Oleh karena
itu, ia berhak mendapat gelar The Absolute Winner, sebuah pencapaian
yang langka dalam event internasional seperti ini,” ungkap Yohanes
Surya, pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia, kepada Kompas dari
Singapura, Sabtu (15/7).
Adapun tiga emas lainnya untuk Indonesia dipersembahkan oleh Pangus
Ho (SMA Kristen 3 Penabur Jakarta), Irwan Ade Putra (SMA Negeri 1
Pekanbaru), dan Andy O Latief (SMA Negeri 1 Pamekasan, Jawa Timur). Satu
medali perak diraih M Firmansyah Kasim (SMP Islam Athirah Makassar).
Dengan demikian, lima pelajar yang dikirim ke ajang paling bergengsi ini
tak satu pun pulang dengan tangan hampa.
China sendiri kali ini tetap mengulang dominasinya, karena lima
pelajar yang dikirim semuanya menyabet medali emas. Taiwan, Korea, dan
Amerika Serikat sama-sama meraih dua emas, sementara Hongaria satu emas.
Olimpiade kali ini diikuti 86 negara, dengan jumlah pelajar 384.
Kegiatan tersebut dijadwalkan ditutup Minggu (16/6/2006). ”Tim Indonesia
kembali ke Tanah Air hari Senin besok melalui Bandara Internasional
Soekarno-Hatta, Cengkareng,” ujar Widia Nusiyanto, manajer Tim Olimpiade
Fisika Indonesia.
Yohanes Surya menyatakan bangga karena raihan medali emas kali ini
melebihi dari target semula yang cuma dipatok tiga. Ia makin mantap
dalam mewujudkan optimismenya untuk mematahkan China dalam olimpiade
serupa tahun 2007, yang dijadwalkan berlangsung di China.
”Tentu ada kebanggaan berlipat ganda kalau kalau kita bisa menggulung
naga di kandangnya sendiri,” kata Yohanes.
Ia menambahkan, ada tiga soal teori yang diujikan dalam olimpiade
kali ini, sangat bervariasi, dan lebih sulit dari tahun lalu. Soal
pertama adalah riset terdepan dalam bidang interferometer neutron. Di
sini peserta diminta menganalisa efek gravitasi pada interferometer ini.
Soal kedua tentang relativistik dan kamera. Soal yang harus
dikerjakan sekelas dengan soal program S2 Fisika. ”Banyak siswa yang
gagal. Hanya dari 10 orang termasuk tiga siswa kita yang mampu
menyelesaikan soal ini secara sempurna,” papar Yohanes.
Soal ketiga, campuran dari lima soal. Di sini dibutuhkan kecepatan
dan ketepatan dalam menyelesaikan soal ini. Adapun soal eksperimen
berkisar tentang optik dan kristal. Ini sangat unik dan penuh dengan
trik yang diambil dari riset program doktor fisika. - NAR (Si Admin)
0 comments:
Post a Comment